Minggu, 23 Januari 2011

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA KONSEP PROTISTA (Eksperimen di Kelas X MAN 22 Palmerah, Jakarta Barat)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimana pun di dunia ini terdapat masyarakat, dan disana pula terdapat pendidikan. Pendidikan juga merupakan kebutuhan hajat orang banyak. Kebutuhan pendidikan merupakan hak azazi setiap manusia.
Menurut Undang- undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1):
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena seiring dengan perkembangan teknologi. Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.
Pendidikan IPA sebagai salah satu mata pelajaran sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA khususnya biologi diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif, baik fisik, mental-intelektual, maupun sosial (kelompok) untuk memahami konsep-konsep IPA. Dalam mengembangkan pembelajaran biologi di kelas, yang diharapkan adalah keterlibatan aktif seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPA juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Biologi lebih menekankan kegiatan belajar mengajar, mengembangkan konsep dan keterampilan proses siswa dengan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara ”mengetahui” dan cara ”mengerjakan” yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran biologi merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep. Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau model yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran biologi dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran biologi.
Pendidik memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Ini merupakan suatu tantangan bagi para pendidik. Pendidik harus mencari metode atau model pembelajaran yang dapat menjadikan kegiatan di kelas sebagai kegiatan yang menyenangkan, menggembirakan, membangun persatuan, membangkitkan minat, meningkatkan motivasi siswa yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa. Disinilah diperlukannya profesionalisme seorang guru mutlak sebagai bekal proses kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pendidik memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Terutama dalam tuntutan kurikulum KTSP, guru harus bisa mengimplementasikan pembelajaran lebih berpusat pada siswa atau student center. Kemampuan mengajar guru yang efektif amat diperlukan untuk menunjang pembelajaran student center tersebut.
Guru dan proses pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat erat dan mutlak. Artinya guru akan lebih memiliki makna secara edukatif jika guru itu mampu melakukan proses pembelajaran yang baik, tepat, akurat serta relevan dengan fungsi dan prinsip pendidikan.
Tuntutan kurikulum dalam student center salah satunya adalah dapat mengaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pendidik harus lebih memahami berbagai karakteristik siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bidang studi biologi. Karakteristik siswa yang pendiam (pasif) ataupun aktif pada proses pembelajaran perlu dipahami guru karena proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Interaksi yang baik apabila suasana yang terjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa dan guru. Untuk itu diperlukan suatu metode atau model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif, sehingga motivasi dan aktifitas siswa akan meningkat. Metode atau model tersebut harus sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu pendidik dapat mengubah pola yang selama ini dijalankan yaitu dari belajar individual atau belajar konvensional menjadi belajar kelompok atau model Cooperatif Learning (pembelajaran kooperatif).
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan daya nalar, cara berfikir logis, aktif, kreatif, terbuka, ingin tahu. Selain itu, model ini mampu meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kelompok belajar yang besar di kelas, maka pembelajaran kooperatif diperlukan untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif.
Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, tipe-tipe kooperatif dikembangkan oleh Kagan (1998). Kagan membagi tipe tersebut berdasarkan interaksi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Talking Chips. Talking chips merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Pada tipe ini setiap siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan untuk menjawab soal yang diberikan guru, dengan cara mengangkat atau mengajukan kartu yang diberikan guru pada setiap siswa.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking chips digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengukur keaktifan seluruh siswa. Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas. Sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam model ini yaitu siswa dibentuk kelompok, diberikan kartu dan topik masalah, penggunaan kartu sampai semua kartu habis dan topik selesai.
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep biologi berhubungan erat dengan kemampuan dasar (intake) siswa yang masuk ke MAN 22 Palmerah Jakarta yang rendah karena siswa kelas X merupakan transisi dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan observasi, intake siswa dilihat dari rentang NEM berkisar antara 23-30 dari empat mata pelajaran. Masalah yang dihadapi MAN 22 Palmerah pada observasi kelas diantaranya sikap kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa yang seharusnya student center, kurang interaksi antara siswa dengan guru, hal ini disebabkan kurang aktifnya peran guru. Dengan demikian diperlukan pengenalan metode pembelajaran kooperatif tipe talking chips kepada guru.
Oleh karena itu, terdapat karakter siswa pasif dan aktif. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking chips baik digunakan untuk siswa pasif agar menjadi siswa aktif dalam proses pembelajaran. Jika siswa aktif maka akan terbentuk ide-ide yang dapat mereka kembangkan sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif mereka.
Dewasa ini telah banyak digunakan model pembelajaran kooperatif. Bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa
Untuk itulah penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Biolog Pada Konsep Protistai”. Pelaksanaannya yaitu dengan membandingkan siswa kelas X yang diberi perlakuan model kooperatif tipe talking Chips dengan model diskusi pada pokok bahasan Protista, dan diharapkan model kooperatif tipe talking chips dapat meningkatkan hasil belajar biologi.

B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang di atas penulis mengidentifikasi masalah dalam pernyataan penelitian sebagai berikut:
1) Siswa sulit memahami konsep protista karena merupakan konsep yang diterima siswa di kelas X semester 1.
2) Kemampuan dasar (intake) siswa rendah berdasarkan nilai NEM siswa.
3) Dibutuhkan suatu model pembelajaran untuk mengukur keaktifan seluruh siswa yang dapat mengubah karakteristik siswa pasif menjadi aktif
4) Tuntutan kurikulum dalam student center yaitu menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
5) Siswa memiliki karakteristik seperti pasif dan aktif.
6) Talking chips merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menguasai konsep protista.



C. Pembatasan Masalah
Melihat latar belakang yang ada, peneliti membatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking chips terhadap hasil belajar biologi pada konsep protista sebagai implementasi suatu model pembelajaran dalam pelajaran biologi. Penelitian ini menggunakan ranah kognitif dengan jenjang C1 sampai C6 pada hasil belajar biologi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 22 Palmerah semester I pada pokok bahasan protista untuk mengukur hasil belajar siswa, namun untuk melengkapi deskripsi pembelajaran saat proses belajar mengajar berlangsung digunakan lembar angket yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model kooperatif tipe talking chips untuk melihat tingkat pengaruh serta tanggapan siswa terhadap model yang diterapkan.


D. Perumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan “Apakah hasil belajar biologi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips lebih baik daripada yang diajarkan dengan motode diskusi kelompok biasa ?

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:
1) Bagi peneliti, menyampaikan informasi tentang pengaruh dari model pembelajaran kooperati tipe talking chips terhadap hasil belajar biologi.
2) Bagi guru, dapat menjadikan salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar.
3) Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir dan berpendapat, serta memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.
4) Memberikan wacana dan bidang kajian bagi berbagai kalangan dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih baik.

5 komentar:

  1. Anonim19.51.00

    bisa minta skripsi lengkapnya???
    saya lagi butuh referensi

    BalasHapus
  2. Anonim00.43.00

    saya sangat tertarik dengan tulisan anda...
    saya juga lagi menyususn skripsi tentang penerapan tipe talking chips. bolehkah saya minta referensi tentang talking chips ini???///
    saya di ACEH, sangat susah cari bukunya... terimakasih.

    BalasHapus
  3. iya..boleh minta referensi lebih lanjut?? bukunya sulit d cari, soalx teori ini hanya dikembngkan oleh spancer kagan dg anita lie (indonesia)...boleh nda??

    BalasHapus
  4. Anonim01.54.00

    wooouuuu

    BalasHapus
  5. maaf sebelumnya, boleh minta referensi buku talking chips? soalnya saya baru dpt 3 buku saja dan masih kurng.

    BalasHapus

liat-liat sekalian iseng-iseng di blog sendiri.. ngutak ngatik sesuka hati...